Hari yang Dinanti

rofenaa
13 min readJun 1, 2022

--

TW // Harshowrd!

Tidak untuk ditiru!

Bukan hal yang mudah untuk membungkam saksi dan pihak rumah sakit agar malam tadi tidak membocorkan kejadian tersebut sebelum Fadel turut ditangkap. Aliansi Garuda Melegenda memang sudah bekerja sama dengan pihak berwajib untuk meringkus Fadel saat acara rapat para donatur sedang berlangsung. Menurut yang diberitahu, SMA Garuda Pancasila akan membahas pembaruan sistem dan program sekolah mereka sebelum memasuki tahun ajaran baru. Serta, perdana, pemilik penuh yayasan yang belum pernah menampakkan diri selama sekolah ini dibangun kabaranya akan menunjukkan dirinya pada publik. Padahal, tujuan mereka sebenarnya adalah hanya untuk membuat Fadel mengetahui bahwa Jihan Bessara tidak selemah apa yang lelaki itu kira. Pula posisi Jeriko yang selama ini hanya dikenal sebagai guru BK biasa, akan dikenalkan sebagai donatur terbesar nomor satu yang GARPA punya. Dia bukan orang sembarangan.

Di dalam ruang teater yang sengaja Jihan pilih itu, sekretaris kepercayaan Bessara yang sudah mengabdi hampir di setengah hidupnya tersebut tengah memimpin acara. Di atas panggung, dirinya berdiri sembari memberi beberapa petuah usai waka kurikulum dan waka kesiswaan menyampaikan program kerja sekolah yang telah direncanakan.

Biasanya, acara seperti ini diadakan tertutup. Namun kali ini Jihan malah turut memberi perintah pada bawahannya untuk mengikutsertakan siswa rangking paralel 15 besar dari setiap angkatan. Yang artinya, ada sekitar 45 siswa terpintar yang akan menjadi pendengar juga pemberi saran atas rencana sekolah. Sebab, Jihan bukan hanya ingin menunjukkan siapa pewaris GARPA saja, melainkan juga untuk mendengarkan suara dari manusia-manusia yang dididik di bawah naungan dirinya nanti.

Tak masalah jika beberapa remaja dari sirkel Garuda Melegenda itu tidak datang ke sekolah hari ini. Tapi setidaknya, masih ada Senan, Lino, dan Arsaka yang duduk tepat dua bangku di belakang para petinggi. Sementara yang lain masih dalam kondisi pemulihan. Alvaro di ICU, Nuraga dipulangkan ke rumahnya, Irvan yang masih harus beristirahat, dan Nuel yang mendadak demam karena syok.

Tujuh menit berlalu. Usai kepala sekolah juga telah menyelesaikan kewajibannya di atas sana, kini tiba saatnya pembawa acara menyebutkan acara berikutnya. Acara yang ditunggu-tunggu, dan membuat siapapun bertanya-tanya.

Ruang teater tersebut pun berubah gelap total. Seperti sedang menikmati opera, mereka semua pun kini menatap lampu panggung yang hanya menyorot seorang lelaki dewasa yang berdiri gagah di tengah sana.

Semua orang terperangah, menatap bingung sekaligus tidak percaya. Bahkan kepala sekolah dan jajaran guru pun tak dapat mempercayainya. Dia, lelaki ramah yang pula dikenal tegas dan terbuka pada siswa itu hanyalah seorang guru BK di sekolah ini. Namun mengapa sekarang dia berdiri gagah dengan sorot tajam di depan sana? Bahkan tatapan tak menyangka pun Arsaka terima dari teman-teman yang ada di sebelahnya — meminta penejelasan. Namun apa daya, Arsaka sendiri juga bingung harus berkata apa. Sebab, ia juga tidak tahu alasan jelas mengapa Pak Jeriko ada di sana. Tak semua ia ketahui terkait rencana besar orang dewasa tersebut.

Sementara itu, Fadel, yang posisinya belum tahu bahwa Jeffan telah diringkus atas tindakan percobaan pembunuhan pun menatap bingung. Sebab, bukankah tadi pembawa acara menyebutkan kalau sekarang adalah waktunya perkenalan perdana pemilik yayasan sekolah ini? Namun mengapa malah lelaki yang pernah beradu otot dengannya itu yang berdiri di sana?

“Saya tahu kalian semua mungkin kaget melihat saya bisa berdiri di sini,” ucapnya menggunaka microfon. “Tapi hari ini, izinkan saya kembali memperkenalkan diri secara resmi.”

“Saya, Dr. Jeriko Usman, M.I. Kom menjabat sebagai donatur terbesar di SMA Garuda Pancasila yang selama ini dirahasiakan.”

Semua kian termangu. Ternyata, gelar yang selama ini mengikuti nama Jeriko hanyalah samaran. Ah, bukan samaran. Tapi lelaki itu, setelah lulus S1 Ilmu Komunikasi dulu, ia memang pernah mengambil jurusan Bimbingan dan Konseling karena ingin menikmati masa-masa mudanya dengan ilmu dan hobi. Padahal, kala itu ia juga disibukkan dengan pendidikan S2 Ilmu Komunikasi yang baru saja berjalan beberapa bulan.

Di lain sisi, Mata Fadel berubah kian tajam. Pantas saja saat ia memerintahkan anak buahnya untuk mencari latar belakang Jeriko, tidak ada satupun yang bisa menemukan info selain dia memang duda ditinggal mati yang berprofesi sebagai guru BK. Namun nyatanya, dia adalah orang yang teramat penting, bermartabat, dan berpendidikan tinggi. Dugaan Fadel benar-benar di luar ekspektasinya.

“Sa, ini apa-apaan sih?” Senan bersuara tidak mengerti. Maka dari itu ia bertanya demikian pada Arsaka. Namun yang ditanya hanya membisu. Ia juga baru tahu kalau Jeriko punya kekuatan dan pengarus sebesar ini di sekolah.

Selama yang Arsaka tahu, Jeriko hanya pernah menceritakan kalau dirinya memiliki pekerjaan lain selain menjadi guru BK. Arsaka kira, Pak Jeriko hanya menjadi orang kepercayaan Bu Jihan saja, melainkan hartanya ternyata tak jauh beda dari milik keluarga Alvaro tersebut. Pantas saja Pak Jeriko selalu murah membelikannya barang-barang mahal dan bermerek. Ternyata…. ah, entahlah. Arsaka juga bingung apa pekerjaan ayah angkatnya itu.

“Dan inilah yang kita semua tunggu-tunggu, ketua yayasan SMA Garuda Pancasila yang sebelumnya tidak pernah menampakkan wajah.”

Usai Jeriko berkata demikian, seorang wanita paruh baya yang tampak masih awet muda itu berjalan anggun dari sayap kiri panggung. Keadaan ruangan masih gelap, namun dua sorot lampu itu berhasil mengunci pandangan semua orang. Bahkan satu dua terlihat sangat terkejut dengan apa yang mereka lihat di depan sana. Terlebih Fadel. Lelaki yang sedari tadi menyorot tajam pada sosok Jeriko, kini menatap dengan mata yang membesar. Sesekali ia kucek matanya demi memastikan penglihatan. Namun tetap saja, raga itu masih berdiri anggun di depan sana — berdampingan dengan sosok Jeriko yang tinggi gagah perkasa.

“Halo, saya Jihan Bessara, pemilik sah atas seluruh kekayaan yang tertanam pada yayasan ini. Salam kenal.”

Meski masih dalam suasana canggung, riuh tepuk tangan satu per satu tetap terdengar. Bahkan, kini mulai ramai memenuhi ruangan teater tersebut.

Lagi-lagi, Jihan memang sengaja memilih tempat ini. Sebab, dirinya sangat ingin menyajikan sebuah drama menuju kehancuran untuk seorang Fadel Sanjaya yang tidak tahu diri.

Lampu kemudian menyala. Dari atas panggung ini, Jihan dan Jeriko bisa melihat bahwa Fadel sudah berdiri dari duduknya dengan raut yang campur aduk luar biasa. Kenapa? Kenapa bisa orang yang sudah dikabarkan meninggal Jumat kemarin malah berdiri dengan dagu yang terangkat begitu tinggi?

“Bessara?” Senan bergumam di bangkunya. Mata itu masih menatap lurus ke depan dengan memori yang ia paksa untuk bangkit. Ia perhatikan wajah tersebut baik-baik. Pula nama yang rasanya tidak asing lagi di telinganya.

“Dan meski dia sedang tidak berada di dalam ruangan ini, perkenalkan…, ” gambar pada proyektor besar pun muncul tepat usai Jihan berkata demikian. Di sana, terpampang sebuah foto yang wujudnya tidak asing lagi bagi siapapun. Sosok itu sudah terlalu sering memenuhi timeline dan majalah sekolah. Namanya begitu tersohor di SMA Garuda Pancasila. “…dia, Alvaro Marfellio, pewaris sah dari yayasan yang sedang saya pimpin ini.”

Fadel terpaku. Lidahnya kelu. Dia terdiam membisu. Jihan benar-benar nyata adanya di depan sana. Namun belum usai dengan keterkejutan luar biasa yang pernah terjadi di sepanjang hidupnya itu, serombongan orang dengan pakaian formal malah datang memasuki ruangan.

Kini, fokus mereka terpecah. Ada apa ini sebenarnya? Bahkan para siswa saja masih ada yang membelalak tidak percaya. Satu dua menutup mulut sangkin kagetnya. Plot twist apa yang baru saja mereka saksikan barusan?

“Fadel Sanjaya!” Hening. Begitupula dengan sosok yang dipanggil namanya itu. “Anda kami tangkap atas dugaan kekerasan dan penganiayaan terhadap saudara Alvaro Marfellio. Serta kasus suap dan penggelapan pajak perusahaam yang sudah Anda jalankan dua tahun belakangan.”

Kini, bukan hanya Fadel dan para petugas yang berdiri. Melainkan seluruh penghuni yang berada di dalam ruangan ini. Tidak ada yang menyangka, bahwa orang yang baru saja diumumkan sebagai pewaris sah GARPA nyatanya sedang terlibat masalah.

Usai penyelidik menunjukkan surat penangkapan yang telah dipersiapkan. “Anda berhak didampingi kuasa hukum. Silahkan berikan keterangan di ruang introgasi nanti.” Lalu, tangan lelaki tersebut diborgol oleh satu petugas lainnya.

Riuh suara bisik tanya pun terdengar. Namun Jeriko dan Jihan masih berdiri tegap di depan sana. Dua orang itu hanya memperhatikan Fadel yang tak lagi bisa apa-apa saat diringkus. Memberontak pun percuma. Sebab, dirinya sudah terkepung. Bahkan sekretaris kepeercayaan pria itu sudah ikut ditangkap oleh pihak yang berwajib karena turut terlibat dalam kasus ini.

“SIALAN KAMU JIHAN! BERANI-BERANINYA KAMU MENIPU SAYA!!!” Fadel bersorak marah. Ia merasa terkhianati. Namun Jihan hanya berdiri dengan tatapan angkuh. Matanya hanya menyorot enggan pada tangan Fadel yang sudah diborgol.

“DASAR JALANG LICIK!!!” umpatnya lagi sembari mencoba melepaskan cengkraman. Ingin sekali ia menghantam raut datar itu dengan tendangannya. Namun sebelum Fadel melakukan hal itu, nyatanya Tristan lah yang terlebih dahulu membungkamnya dengan sebuah bogeman telak. Ia sungguh naik pitam dan tidak terima kalau atasannya tersebut dihina-hina.

“JAGA UCAPANMU, MANUSIA IBLIS!!!” balas Tristan. Yang mau tak mau malah ikut diringkus karena memancing keributan dan menghambat jalannya operasi penangkapan.

Ah, tampaknya setelah ini gaji orang itu harus Jihan naikkan tiga kali lipat. Sebab, karena bantuan Tristan tadi, tangan dan suaranya tak perlu terbuang sia-sia. Ia dan Jeriko harus menjaga martabat mereka di hadapan semua orang. Mereka harus menjadi orang yang dapat dicontoh para siswa.

“Selamat datang di kehancuranmu, Brengsek.” ucap Jihan dalam hati.

Meski semalam rencana mereka sempat hampir kacau karena ulah Jeffan, namun setidaknya Yudhistira juga telah mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan cara mengirimkan surel khusus kepada Fadel. Di dalam surel tersebut menyatakan bahwasannya, kehadiran Fadel sangatlah diharapkan dalam pertemuan rutin ini tanpa diwakili. Yang mana, permintaan tersebut langsung berasal dari ketua yayasan. Alhasil, lelaki yang merasa dirinya mendapat jalan untuk mendekati pemilik yayasan GARPA demi membantu pergerakan sahamnya yang menurun drastis sejak tadi malam itu pun memutuskan untuk pergi. Ia juga penasaran setengah mati dengan wujud ketua yayasan tersebut.

Namun ternyata, semua itu hanyalah jebakan. Fadel berhasil dibodohi dengan rencana yang sebenarnya tidak terlalu sulit untuk ditembus. Tapi siapa yang menyangka, bahwa Fadel lengah bukan main.

Semua, tentu berkat ulah Jeffan. Jasa Yudhistira pun nyatanya juga sangat membuahkan hasil. Jihan cukup puas. Terlebih di sana juga ada Tristan yang ikut diringkus, jadi ia tak perlu khawatir jikalau nanti tetap terjadi kecurangan hukum.

“Maaf atas kekacauan yang telah terjadi barusan. Saya harap, setelah kejadian ini, orang-orang dapat menyadari bahwa setiap hal buruk yang kita lakukan pasti akan segera mendapatkan ganjarannya.” Jihan membuka suara. Ruang yang ricuh pun mulai hening kala mendengar suara tegas dari wanita itu.

“Mungkin rasanya tidak pantas saya membicarakan hal ini. Tapi ketahuilah, saya ini pernah hancur hingga ribuan keping. Namun saya punya dia, laki-laki yang sangat mencintai ibunya.” Jihan kembali menunjuk layar proyektor. Namun kali ini gambarnya berubah. Bukan lagi foto Alvaro saat menjadi perwakilan sekolah dalam peresmian acara Ruang Belajar Terbuka yang diadakan oleh kemendikbud provinsi. Melainkan penampakan lelaki berintelektual tinggi itu tengah terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.

“Jika dulu saya yang berjuang mati-matian demi mendapat keadilan dan mengungkap kebejatan, maka hari ini dia yang berjuang. Harinya selalu buruk. Tapi setidaknya, saya mau berterimakasih pada kalian semua yang sudah menemani hari-harinya.”

Suasana berubah sendu. Bahkan Arunika, yang menjabat sebagai pacar dari pemuda itu sudah tak dapat lagi menahan air matanya. Bulir itu jatuh tanpa permisi kala ia menatap selang-selang yang menghuni tubuh Alvaro. Miris sekali nasib kekasihnya itu.

“Sekali lagi, saya minta maaf atas ketidaknyamanan karena mendadak membawa masalah pribadi keluarga saya di sini. Tapi rasanya, saya memang harus meluruskan. Kalau-kalau nanti ada artikel gosip yang simpang siur, setidaknya kalian semua, yang sudah saya anggap sebagai keluarga karena bagian dari Garuda Pancasila, maka hari ini saya beritahu secara langsung.”

“Jadilah manusia baik dan benar. Jangan jadi jahat hanya karena haus akan godaan dunia. Tetap berjalan di jalanmu, saling menyayangilah satu sama lain. Sampai jumpa lagi di lain waktu.” Kemudian gelap total. Jihan sudah mengakhiri sesi perkenalan perdana sekaligus konferensi persnya di ruangan ini.

Bisik dan tanda tanya pun kembali berdengung. Arsaka memijat kepalanya yang pening luar biasa hebat akibat pertunjukkan drama kehidupan hari ini. Belum lagi dengan cecaran pertanyaan yang dilayangkan oleh Lino dan Senan semakin membuat kepalanya hampir pecah.

“Ehem,” dehaman kembali terdengar. Ternyata, di atas sana Jeriko masih berdiri. Sorot lampu pun sudah kembali menyinarinya bak penyanyi yang melangsungkan performance. “Setelah ini, saya harap tidak ada yang merasa sungkan. Saya masih guru BK, dan tugas saya masih belum usai.”

Semua kembali memperhatikan tanpa kedip.

“Tahun ini adalah tahun terakhir saya mengajar di sini. Jadi saya benar-benar mengharapkan kerja sama kalian semua atas hal ini. Kalau nanti ada yang ingin bertanya tugas apa yang sedang saya jalani, itu hanya misi menuju sukses dan bahagia. Tidak lebih. Maka dari itu, anggaplah saya sebagai guru BK kalian, bukan sebagai donatur terbesar. Setidaknya, sampai nanti saya pergi dari sekolah ini. Bisa?”

Namun suasana masih hening. Membuat Jeriko terkekeh pelan. “Maaf kalau kalian merasa permintaan ini cukup sulit. Saya tahu, kalau pengungkapan saya tadi menjadi suatu halangan dan menimbulkan rasa sungkan pada diri siswa, jajaran pendidik, dan para donatur lainnya. Tapi saya tidak masalah, akan sangat senang hati kalau setelah ini kalian semua dapat bersikap seperti biasa.”

“Kalau nggak bisa, gimana Pak?” Satu suara terdengar berani bertanya. Ah, Jeriko juga sudah menduga kalau salah satu dari mereka pasti akan bersuara.

Dia Lino. Lelaki itu sengaja bertanya demi mewakili perasaan seorang Arsaka Laksana yang juga baru mengetahui fakta sesungguhnya tentang Jeriko. Dari raut wajahnya, dia tahu bahwa Arsaka cukup kecewa.

“Nggak apa-apa. Tapi saya yakin kalau perasaan sungkan yang berlebihan itu akan menimbulkan kecanggungan tersendiri untuk kamu.” Begitu jawabnya. “Terlebih kamu itu kelas dua belas. Yang tandanya, semua urusan universitas saya yang urus. Yakin mau berubah?”

“Kalau Bapak tau semua orang bakalan jadi sungkan, kenapa harus confess?” tanya Lino lagi. Bahkan, kepala sekolah saja masih bungkam. Namun muridnya itu malah kian berani untuk bertanya.

“Karena ada orang yang harus saya patahkan sombongnya di depan umum.” Mungkin jawaban Jeriko sulit untuk dicerna oleh para siswa. Namun langsung mendapat anggukkan paham dari seluruh jajaran donatur dan para pendidik SMA Garuda Pancasila. Mereka mengerti siapa yang Jeriko maksud.

Fadel Sanjaya, tentu saja. Yang merasa paling kaya dan berkuasa, meresahkam seluruh jajaran petinggi GARPA. Lelaki itu sombongnya sungguh luar biasa. Maka dari itu tidak ada satupu orang yang menahan kepergiannya saat menjadi tersangka.

“Dan untuk anak saya, Arsaka Laksana. Bapak harap kamu tidak kecewa.” Jeriko tidak tahu pasti di mana anak angkatnya itu duduk. Namun ia tahu, perasaan Arsaka pasti sedang tidak baik-baik saja. Anak itu pasti terkejut.

“Sekian pertemuan hari ini, saya harap kita sama-sama dapat mengambil hikmahnya. Atas waktu dan perhatian yang sudah diberikan, saya ucapkan terima kasih.”

Riuh tepuk tangan terdengar keras. Ruangan pun sudah kembali tenang meski setiap orang masih terpampang bingung. Sementara Jeriko, dia sudah menghilang di balik panggung — bertemu dengan beberapa orang kepercayaan Jihan. Sedang sang pemeran utama, dia sudah melesat bersama Yudhistira menuju kantor polisi demi melapor dan memberi kesaksian lainnya. Kasus Fadel masih terlalu banyak untuk ia ungkap ke permukaan.

Di lain tempat, Alvaro sudah dijaga ketat sejak semalam. Tatang dan Dokter Digo yang bertanggung jawab penuh atas keselamatan pemuda tersebut.

Artikel mulai bermunculan. Timeline Twitter bahkan telah dipenuhi oleh berita tentang Jeffan. Dia menjadi tranding topic yang sedang diperbincangkan netizen. Ada yang menyumpah, mengkritik, dan menghujat pun memenuhi komentar dari salah satu tweet-an akun gosip.

Sementara itu, Fadel kian mendadak sesak kala baru mengetahui buntut yang telah ia lakukan pada Jeffan. Anak itu, dia melampiaskan amarahnya pada sosok Alvaro yang sedang koma. Jeffan, dia melakukan percobaan pembunuhan. Dan bodohnya, dia baru mnegetahui hal itu setelah dirinya ditangkap.

“Sejak kapan kamu merencanakan ini?!” Fadel yang sedang melakukan mediasi bersama pelapor pun kini menatap sengit.

Di seberang sana, Jihan duduk bersebelahan dengan pengacara ternama kepercayaannya. Sementara, Alvaro juga sudah ditemani kuasa hukum pilihannya.

“Pertanyaan tidak penting. Melihat wajahmu saja saya merasa jijik. Suaramu benar-benar menolak merdu, Fadel.” Alias, Jihan sangat membenci apapun tentang lelaki itu.

Fadel menatap bengis. Ia benar-benar merasa marah sampai rasanya tangan itu bergetar menahan emosi.

“Kamu pikir, saya selemah dan sebodoh itu? Enggak. Saya punya beribu cara untuk menghancurkanmu sampai tak berupa. Akan saya balas semua perbuatan kejimu pada orang-orang yang saya sayangi selama ini.”

“Saya juga akan rebut kembali semua yang dari awal memang milik saya. Bahkan barang sepeserpun saya tidak akan sudi menyisakannya untuk kamu dan perempuan murahan itu.”

Fadel kian naik pitam. Dia berteriak marah sambil berdiri tak terima. Jihan telah menghina dirinya dan Yura.

“Murahan kamu bilang?!” tanyanya dengan mata yang membulat marah. “Berkaca kamu Jihan! Kamu itu lebih hina dari orang yang kamu katai murahan!”

Alis Jihan menukik tajam. “Jaga bicaramu, Brengsek!” sahutnya tak terima. Jika saat di sekolah tadi dirinya tak dapat mengumpat, maka akan ia lampiaskan semuanya di sini.

“Jaga bicara? Harusnya saya yang bilang begitu ke kamu, Jihan! Harusnya dulu kamu jaga sikap! Harusnya dulu kamu tidak merusak rasa percaya yang sudah saya beri ke kamu, Jalang!!!”

PLAK!!!

Tamparan begitu keras itu Fadel terima di pipi kirinya. Waktu yang diberikan penyelidik kepada mereka malah menjadi ajang beradu mulut dan otot.

“Atas dasar apa mulut kotormu itu mengatai saya jalang, hah?!” marahnya tak terima.

Fadel terkekeh sinis. Sementara kuasa hukum keduanya masih mencoba menenangkan klien mereka.

“Nggak usah sok suci, Jihan. Saya tahu kalau kamu pernah berselingkuh dengan Laksana Hanif sampai berhubungan badan. Ya ‘kan? Kamu pernah main di belakang saya!!!”

“BICARA APA KAMU, BODOH?!!” Kali ini, Jihan benar-benar tidak menyangka atas tuduhan tanpa dasar yang dilayangkan oleh Fadel barusan.

“ALVARO ADALAH ANAK DARI HANIF SIALAN ITU ‘KAN JIHAN? SAYA TAHU!!!”

BUGH!

Fadel pening bukan main. Bahkan hidungnya mulai mengeluarkan cairan berwarna merah. Jihan benar-benar kuat kala melayangkan kepalan tangannya pada lelaki itu.

“ALVARO ITU ANAK KITA, BRENGSEK!!!”

“BISA-BISANYA KAMU BERPIKIR KALAU DARAH DAGINGMU ITU ADALAH ANAK ORANG LAIN?!!”

“REKAYASA REALITA SIAPA YANG KAMU DENGARKAN, SIALAN?!!”

Jihan membabibuta memukuli tubuh Fadel tanpa sempat lelaki itu balas.

“SAYA PUNYA BUKTI!!! HASIL TES DNA MEMBUKTIKAN KALAU DIA BUKAN ANAK SAYA!!!” balas Fadel di tengah pertempuran mereka.

Napas keduanya naik turun.

Srak!!!

Amplop berwarna cokelat tersebut dilemparkan oleh Jihan ke wajah Fadel. Ia sudah menduga bahwa hal ini akan terjadi. Sebab, berdasar dari ucapan saat kunjungan lelaki itu dua hari lalu, membuat insting Jihan lansung berjalan cermat.

“Bukan cuma miskin. Ternyata kamu juga tolol, Fadel. Bisa-bisanya kamu percaya dan ditipu oleh Yura sejak lama.” Jihan yakin, bahwa ini semua disebabkan oleh wanita jahannam tersebut. “Iblis itu, ternyata kamu termakan semua ucapan dia? tanyanya menatap tak percaya.

“Setelah dulu saya perjuangkan kamu mati-matian di depan keluarga, kamu malah meragukan cinta saya. Kamu bahkan tega melakukan perencanaan pembunuhan terhadap saya dan orang tua saya. Kamu rebut segalanya. Kamu hancurkan hidup anak kita secara perlahan. Dan sekarang, dengan beraninya kamu mengklaim bahwa Alvaro itu anak dari Laksana Hanif? Setan kamu, Fadel!”

PLAK!!!

Tamparan itu menjadi yang terakhir. Sebab setelahnya, mereka sudah dipisahkan. Perbincangan ini hanya menghasilkan sebuah keributan yang semakin parah.

“Laki-laki tolol. Brengsek sekali sialan yang satu itu!” umpat Jihan tak ada habisnya. Bahkan Jeriko yang menyaksikan dari luar ruang introgasi pun terdiam lama.

Jadi, apakah selama ini ketidakadilan dan rasa benci yang Alvaro terima hanya karena kesalahpahaman Fadel atas status anak itu? Sebab, selama ini ia menyangka bahwa Alvaro bukanlah anak kandungnya. Melainkan anak haram yang terlahir dari hubungan gelap antara Jihan dan Hanif, ayah kandung Arsaka.

Di lain sisi, Fadel membeku saat membaca hasil tes DNA yang Jihan lemparkan tadi kepadanya. Di kertas itu, ia dapat melihat, bahwa DNA-nya dan DNA Alvaro memiliki kecocokan 98 persen. Berbeda jauh dengan apa yang pernah ia terima saat melakukan tes DNA bertemani Yura belasan tahun lalu.

Ingin berpikir bahwa Jihan yang berbohong, rasanya terlalu tidak mungkin. Wanita itu memiliki segalanya. Lalu, apakah benar bahwa dia yang sudah diperdaya oleh Yura? Dibodohi, dihasut, sampai merekayasa realita kehidupan rumah tangganya pun, Fadel masih tetap percaya.

ARGH! SIALAN!” Dalam keadaan tangan masih diborgol, Fadel mengamuk di dalam ruangan tersebut sembari memukul dan menendang brutal meja yang ada di hadapannya.

Lelaki itu benar-benar frustasi. Rasa bersalah mulai menggerogoti.

Aliansi Garuda Melegenda

Karya Rofenaa

@ ebbyyliebe

--

--

rofenaa
rofenaa

Written by rofenaa

bagian dari hobi dan mimpi.

No responses yet