Simulasi ujian nasional atau biasa disebut try out itu telah selesai kemarin hari. Perasaan lega dan lapang pun menghampiri para siswa kelas dua belas meski hanya sejumput. Sebab, beban siswa tingkat akhir itu tentu belum berakhir. Masih ada kekhawatiran dan beban yang akan mereka hadapi ke depannya. Contohnya saja hari ini. Menunggu pengumuman kelulusan eligible sudah seperti berdiri di pinggir tebing saja. Debarannya sangat kuat dan cepat. Dua puluh persen dari kurang lebih enam ratus siswa kelas dua belas di Garpa itu tentu sangat sedikit. Hanya sekitar seratus dua puluh siswa yang akan dinyatakan lulus eligible hari ini. Lalu, siapakah siswa terpilih tersebut?
Eligible sendiri, menurut Cambridge Dictionary, berarti memiliki kualitas yang dibutuhkan atau memenuhi kondisi dan syarat yang diperlukan. Artinya, siswa yang dikategorikan sebagai siswa eligible adalah yang memenuhi kriteria untuk mengikuti SNMPTN. Dan hari Jumat ini, Garuda Pancasila akan mengumumkan daftar siswa yang lulus eligible. Mereka pula lah yang nanti akan menjadi the next peluang untuk para junior atau angkatan di bawahnya. Sebab, jikalau nanti lulus SNMPTN dan diterima di perguruan tinggi negeri ternama, bukan hanya nama pribadi yang akan dibawa. Melainkan juga nama sekolah, kota, dan provinsi. Hingga kemungkinan peluang yang akan dapat diterima juga semakin luas. Ada pula harapan besar dari keluarga yang berdoa, hendaknya mereka dapat menjadi orang berhasil serta sukses di masa depan.
Banyak yang berpikir dan berprasangka bahwa siswa yang lulus eligible ini rata-rata akan berasal dari kelas unggul. Namun tak sedikit pula yang tetap berpikir positif bahwa anak kelas lainnya juga memiliki kesempatan yang sama. Nilai tinggi saja belum tentu dapat menjamin kelulusan. Karena kestabilan dan keterampilan dalam nilai rapor menjadi faktor penting dalam pemenuhan syarat.
“Eh, hasil ujian kemarin katanya bakal keluar hari ini juga!” Immanuel, Nuel, atau yang kerap dipanggil El itu membuka suara setelah memantau grup angkatan mereka. Guru BK, alias Pak Jeriko lah yang mengumumkannya di grup chat tersebut.
“Beneran?!” Lino pun menanggapinya dengan raut sumringah. “Cepet banget buset,” lanjut si lelaki paling tinggi di sircle-nya itu.
“Bagus dong, kan biar kita jadi tau udah berapa persen kemampuan dalam mempersiapkan diri buat menghadapi UN nanti.” Senan yang tengah mengemil kacang kulit tersebut menyahuti. Semua tengah duduk di markas. Tempat nongkrong mereka, para siswa teratas, Garuda Melegenda.
Nuraga yang ikut makan kacang kulit tersebut pun ikut menimbrung percakapan. “Mana sih yang katanya Kemendikbud mau menghapuskan UN dari sistem kelulusan? Hoax doang!” protesnya begitu.
“Mungkin planning-nya sudah ada, Nuraga. Tapi memang belum bisa direalisasikan aja. Pasti banyak pertimbangan dan persiapan pembaharuan yang masih ingin mereka bahas.” Arsaka yang ditarik Alvaro untuk ikut nongkrong di sini pun menanggapi ucapan Nuraga barusan. Lelaki itu berpendapat demikian.
“Dari artikel yang pernah Arsa baca, penghapusan ujian nasional sebagai standar kelulusan itu kemungkinan bakal direalisasikan dua tahun ke depan. Kisaran 2023 atau 2024 gitu, Ga.” Semuanya fokus mendengarkan info penting dari Arsaka. Pria itu menjelaskan hal-hal yang masih menjadi tanda tanya bagi mereka.
“Enak dong ntar anak kelas sepuluh yang sekarang? Ga ada UN-nya anjir!” ucap Nuel sedikit ikut tak terima.
Sedangkan Alvaro tampak tenang meneguk minuman yogurt pemberian Arunika tadi pagi. Rungunya masih setia mendengar ketidakterimaan Nuraga dan Nuel yang tak henti-henti.
“UN mah memang bakal dihapus, bego. Tapi nggak ada yang bilang kalau mereka bakalan lulus tanpa ada seleksi uji kompetensi. Ada ujian lain yang bakal mereka hadapi.” Akhirnya Alvaro ikut menanggapi percakapan berbobot mereka.
“Semacam ujian akhir gitu?” tanya Lino. Sementara Irvan masih sibuk dengan ponselnya. Maklum, urusan lelaki itu masih panjang. Sidang pertama orang tuanya akan diadakan Senin depan.
“Iya, tapi lebih dipermudah lagi. Dan kelulusan pun udah bukan dari pusat, tapi dari keputusan sekolah. Sekolah yang berkuasa, sekolah juga yang mutusin kelulusan kita,” lanjut Alvaro yang ikut diangguki oleh Arsaka dan lainnya.
“Kenapa ga pas di angkatan kita aja sih? Mumet gue mikirin ujian.” Walaupun pintar, tak menutup kemungkinan bahwa Nuraga juga bisa lelah terhadap lembaran rumit dengan puluhan butir soal yang dihadapi. Pusing sekali.
“Nggak usah banyak protes. Lo kira merealisasikan program kerja nasional itu segampang ganti chanel TV?” sahut Alvaro demikian.
Semua tertawa kecuali Nuraga. Lelaki itu malah mencebik sebal lalu merebut paksa minuman kemasan tersebut dari tangan Alvaro.
“HEH!!!” Makanan apapun pasti akan Alvaro bagi pada temannya kecuali satu, pemberian Arunika. Ia tak terima kalau makanan yang diberi Arunika untuknya malah jadi makanan masa.
“Balikin nggak?!” Alvaro menarik botol tersebut sebelum mencecah belah bibir Nuraga nan seksi, kalau kata kaum hawa selama ini.
Namun terlambat, Nuraga sudah meneguknya meski hanya sempat satu kali teguk saja. “Anjing nih orang!” Sebal Alvaro sembari menoyor kepala Nuraga.
“Pwueh! Minuman apaan sih, rasa susu basi!” Nuraga melepeh. Lidahnya tidak cocok dengan minuman yogurt tersebut. Rasa susu basi, katanya.
“Varian stroberi, konon. Ga enak begitu!” lanjut Nuraga menyampaikan ketidaksukaannya terhadap minuman kemasan tersebut.
Alvaro melotot kesal. Sudahlah merebut, sekarang malah tidak tahu terima kasih. Dasar, memang teman begini pantasnya ditendang saja!
“Eh, eh. Hasil nilai ujiannya udah keluar!” Irvan yang sedari tadi masih sibuk dengan ponselnya itu tiba-tiba memberitahu. Bahwa nilai ujian try out mereka kemarin hari sudah keluar.
Mungkin di mading sana pihak sekolah juga sudah memajang hasil ujian siswa kelas dua belas. Grup angkatan pasti akan ramai setelah ini. Pula base di Twitter sekolah yang entah siapa adminnya itu.
Jantung yang paling berdentum dengan sangat keras adalah saat Alvaro meng-klik file website sekolah tersebut. Nilai yang ingin ia ketahui untuk pertama kali adalah Kimia. Ia harap kali ini dirinya mendapat nilai yang sempurna.
Mata Alvaro, Arsaka, dan Senan pun melebar. Mereka sama-sama tak percaya nama siapa yang berada pada daftar paling atas di jurusan IPA. Semua nilainya bahkan hampir mendekati kata sempurna. Nilainya tak ada yang menginjak delapan puluh. Semuanya berada di atas sembilan puluh. Dan satu mata pelajaran dengan nilai berangka bulat dan genap tersebut menimbulkan decak kagum. Sempurna!
Alvaro mengepalkan tangannya kuat. Dia berhasil! Dengar, dia berhasil!!! Alvaro Marfellio berhasil menembus semua tantangan dari Fadel untuknya!!! Ya, dia lah yang berada di peringkat pertama! Nilai kimia-nya juga mendapat nilai yang sempurna tanpa cacat. Dan semua itu tentu tidak luput dari bantuan Arsa tempo hari. Kalau tidak, mungkin sudah dapat dipastikan kalau Alvaro sudah salah satu soal.
Namun, belum satu menit bahagia, mata Alvaro sudah menyipit saat tak menemukan nama Arsaka Laksana tersebut pada deretan lima besar dari semua daftar siswa jurusan IPA.
“Sa...,” Suara tersebut terdengar sedikit tidak menyangka. “... nilai kimia lo,” sambungnya masih tidak menyangka.
77,5. Berarti Arsaka salah menjawab soal sekitar sembilan butir! Apakah ini nyata? Si Jagoan Molekul itu salah dalam menjawab soal mata pelajaran keahliannya sendiri? Sungguh, Alvaro terkejut bukan main. Begitupula dengan Senan. Dia kaget saat melihat namanya berada tepat di bawah Alvaro. Sementara nomor empat ada Arunika. Sedangkan Arsaka berada di nomor tujuh! Tujuh, teman-teman.
“Lo becanda?!” Alvaro menatap heran pada Arsaka. Semua atensi pun berpusat pada lelaki tersebut.
“Kenapa?” Lino bertanya. Sebab, daftar yang ia lihat adalah daftar peringkat jurusan IPS saja. Begitupula dengan Nuel. Yang ia lihat baru peringkat pada jurusan Bahasa.
“Arsaka nomor tujuh di IPA.” Senan memberitahu.
“HAH?!!” Tentu, siapa pula yang tidak kaget. Bagaimana bisa siswa yang semester kemarin berada pada peringkat satu paralel, malah menduduki peringkat tujuh bahkan hanya di jurusan IPA saja?
“Nilai mapel apa yang bikin anjlok?” Nuraga menyimpan ponselnya. Dia berada di peringkat tiga jurusan IPS. Sedangkan peringkat satu diduduki oleh Lino. Peringkat dua oleh Irvan, dan peringkat empat diduduki oleh Ratu.
“Kimia.” Suara tersebut berasal dari Alvaro. Tatapannya masih setia menatap tajam mimik Arsaka yang bereaksi biasa saja.
“Berapa?” Nuel ikut mengimbangi percakapan. Seperti biasa, dia adalah siswa peringkat satu di jurusan Bahasa.
“Tujuh tujuh koma lima.”
Nuel menganga. Sebab, memang mereka semua belum pernah menduduki angka bulan Juli tersebut. Nilai kepala tujuh tersebut masuk ke dalam angka yang mereka hindari dalam pencapaian skor belajar. Minimal adalah depalan puluh lima. Tidak kurang. Jadi, bisa diketahui bukan? Kalau mereka adalah deretan siswa yang tidak pernah merasakan remedial apapun.
“Bukannya lo ya, yang jadi tutor Kimia?” tanya Lino kemudian.
Arsaka mengangguk. “Iya.”
“Sa, Sa. Kenapa bisa anjlok gitu?” tanya Lino lagi seraya merapikan baju batiknya yang sedikit kusut.
Arsaka hanya tersenyum tanpa beban. “Gapapa. Yang penting kan tuntas,” jawabnya demikian.
Mungkin, mereka dapat maklum terhadap jawaban Arsaka. Karena prinsip lelaki tersebut, nilainya tidak harus selalu sempurna. Yang penting, dirinya masih masuk dalam garis lingkup lima puluh besar rangking paralel di angkatannya. Tapi tidak dengan Alvaro. Tatapannya masih penuh selidik. Ia tidak yakin kalau hal tersebut merupakan suatu kebetulan. Pasti ada kesengajaan dalam hal ini. Sebab, kalau bukan karena Arsaka, mungkin Alvaro tidak akan mendapatkan skor yang sempurna.
Tatapan setajam elang milik Alvaro itu pun mengendur saat dirinya menangkap suara bel sekolah yang berbunyi. Lalu, disusul pula dengan suara seorang guru yang memberikan pengumuman. Ucapannya terdengar pada setiap pengeras suara yang ada di seluruh penjuru Garuda Pancasila. Bahwasannya, kelas dua belas harus segera berkumpul di auditorium. Pengarahan dan pengumuman kelulusan eligible pasti sebentar lagi akan diproklamirkan.
“Yuk, ke aula dulu,” ajak Nuraga mengendurkan urat leher Alvaro yang tampak menegang. Lelaki tersebut masih mencurigai gerak-gerik Arsaka.
Rangkulan pada bahu Si Jagoan Molekul itu membuatnya sedikit tenang. Lino lah yang menarik Arsaka untuk berjalan berdampingan dengan dirinya dan Irvan. Sementara Alvaro, lelaki itu melangkah di belakang mereka. Menatap pada pundak Arsaka dengan penuh tanya dan prasangka.
Aliansi Garuda Melegenda
Karya Rofenaa
© ebbyyliebe